Senin, Juni 01, 2009

Mewujudkan Kebahagiaan


AYAT BACAAN : AMSAL 11 : 23-28



Model Manohara Odelia Pinot akhirnya kembali ke Tanah Air setelah dikabarkan dilarang berhubungan dengan keluarga oleh pihak Kesultanan Kelantan, Malaysia. Manohara tiba di Jakarta (31/05/2009) sekitar pukul 07.30 WIB. Seperti ramai diberitakan media masa bahwa sebelumnya, Manohara dikabarkan mendapat perlakuan tidak manusiawi oleh suaminya, Tengku Muhammad Fahry yang merupakan anak Sultan Kelantan. Juga dikabarkan, Manohara ibaratnya adalah sebuah burung yang di kurung dalam sebuah sangkar emas. Di berikan kecukupan secara materi, bahkan mungkin berlebihan, namun menderita karena kehilangan kebebasan batin. Pihak keluarga Manohara telah berulang kali meminta bantuan Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan kasus ini. Dan akhirnya kabar yang ditunggu-tunggu telah ada, manohara kembali pulang ke Indonesia. Pasti banyak orang bertanya-tanya, apakah MANOHARA hidup bahagia disana ? Ataukah sebaliknya, Ia menderita secara batin dalam kungkungan sangkar emas ?

Dimanakah sesungguhnya letak kebahagiaan ? pertanyaan ini tentu akan mendapatkan jawaban ang berbeda-beda. Mungkin bagi sebagian orang, kebahagian dapat diukur dengan berapa banyak materi yang ada pada kita, yang kita miliki sebagai aset mahal kita. Ada juga yang mengukur sebuah kebahagian dari seberapa sehat kita dalam menjalani kehidupan. Apalah artinya memiliki harta banyak, tetapi sekaligus juga memiliki penyakit yang juga banyak ? Menarik sebenarnya untuk bicara soal kebahagian yang pantas...

Bagaimana Kekristenan memandang soal kebahagian ? ternyata kebahagian itu bukan semata-mata diukur dari seberapa besar/banyak seseorang itu memiliki atau mendapatkan berbagai berkat Tuhan dalam kehidupannya. Yang benar adalah, seberapa besar seseorang itu bisa membagi berkat yang diterima kepada sesama. Ukuran yang tepat bukan seberapa besar kepemilikan atas sebuah berkat, tapi seberapa besar kita membagi berkat itu pada sesama. Ketika kita hanya memiliki berkat tanpa mau membagi kepada sesama, tentu kebahagiaan itu hanya kita rasakan secara semu. Kita hanya akan menjalani kehidupan yang penuh dengan ambisi dan egoisme pribadi. Tak pernah ada kata puas dalam hidup kita. Dan waktu 24 jam pun terasa singkat untuk kita jalani.

Sebaliknya, manakala ketika kita mampu dan mau membagi semua berkat yang kita terima kepada sesama, justru disitulah akan kita temukan kebahagiaan yang sejati. Berkat yang kita terima pun akan semakin manis kita rasakan. Diluar itu, kita akan memiliki berkat-berkat yang lain, yakni keberadaan sesama dalam hidup kita. Akan ada banyak teman, saudara, sahabat yang berada di sisi kita dalam setiap 24 jam kehidupan kita. Keberadaan teman-teman kita itulah yang akan selalu membuat hidup kita merasakan sejahtera. Maka ketika kita sudah berhasil melakukan itu semua, Disitulah akan kita rasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Selamat mewujudkan kebahagian sejati dalam hidup anda !