Sabtu, Oktober 29, 2011

Edhan'e Sadhuluran


EDHAN’E SADHULURAN

Namanya Andreas Widiatmoko. Kita biasa memanggil dia “Mas Aan”. Seorang yang “full talented” dibidang musik. Piano/Keyboard ditangannya akan membawa dan mengantar kita menikmati Pujian bagi Tuhan. Ketika dia memainkan gitar, beat dan rhytem nya luar biasa. Suara tenor nya mantap, apalagi bila menyanyikan lagu-lagu Victor Hutabarat. Group music kesukaannya adalah KAHITNA. Sehingga ketika dia bermain lagu-lagu Yovie Widhianto, terasa sekali “soul” nya. Karena talenta nya itulah, dia aktif dalam berbagai kegiatan musik gerejawi, termasuk Paduan Suara. Kegiatan Paduan Suara ini benar-benar sudah menjadi darah dagingnya. Oleh karena itu dia dipercaya untuk memimpin dan melatih beberapa group Paduan suara Gerejawi. Bukan hanya memimpin dan melatih, tetapi dia juga mampu meng arransir lagu-lagu indah dan penuh harmonisasi. Dan itu sudah dia lakukan sejak dia kuliah di ITS Surabaya.

Sehari-hari dia bekerja sebagai staf engineering di sebuah pabrik bopp film. Setelah pulang kerja dia memakai waktunya untuk melatih paduan suara dan bermain music. Terkadang dia juga memakai waktunya untuk meng aransemen sebuah lagu. Istrinya, Mbak Upi adalah seorang penyanyi gereja yang luar biasa. Minat dan talenta yang sama membuat mereka berdua merupakan pasangan yang saling melengkapi. Kepada mereka Tuhan mengaruniakan 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Hari itu, Kamis tanggal 27 Oktober 2011. Pukul 11.28 wib Blackberry messenger saya berbunyi. Ketika itu saya sedang berada dikantor membalas email masuk dari para pelanggan. Sehari pergi ke Jakarta, lebih dari 100 email menanti untuk saya jawab. BBM itu datang dari adik saya, Ghek Dian. Isinya sungguh membuat saya tercengang, “ Mohon dukungan doa untuk Mas Andreas…ini sms dia : Ghek, aq kecelakaan krja, 4 jari tangan kananku putus. Aq di RS Anwar Medika”

Saat itu saya hanya terdiam dan berpikir, ada apa lagi ini. Seingat saya dua kali sudah saya pernah menerima khabar bahwa MasAan terkena musibah. Kedua-duanya adalah kecelakaan lalu lintas yang terjadi ketika dia pulang bekerja. Sampai-sampai kecelakaan itu membuat Mas Aan harus menjual dan mengganti sepeda motornya yang rusak berat. Tapi berita siang itu sungguh membuat saya kaget. Mas Aan kecelakaan kerja dan 4 jari tangan kanannya terputus. Oh Tuhan….

Saya tahu betapa besar arti 4 jari kanan itu bagi Mas Aan. Saya masih ingat betul bagaimana jarinya itu menari lincah diatas tuts keyboard dan diatas senar guitar. Betapa indahnya harmonisasi music yang dia bangun ketika dia bermain piano. Akh.. sekarang jari itu putus dari tangan kanannya. Tuhan apakah yang menjadi kehendakMu ?

Sore itu jam 15.30 wib saya mendengar khabar bahwa Mas Aan sudah dibawa ke IRD Dr Soetomo untuk penanganan yang lebih baik. Dr Irwan sahabat kami mengatakan, bahwa Mas Aan akan segera dioperasi oleh Dr Hery ahli orthopedic di Surabaya. Operasi harus segera dilaksanakan agar jari yang putus itu bisa disambung kembali.

Malam itu, Jam 19.00 wib saya pergi ke RS Dr Soetomo bersama dengan Pak Pierno, seorang kawan sesama pelayan jemaat. Operasi sudah berlangsung sejak pukul 16.00 wib. Kami temui Mbak upi yang duduk terdiam, menanti dengan tegang di ruang tunggu IRD ditemani istri saya dan seorang petugas security dimana Mas Aan bekerja. Malam itu ada bersama kami, pak Sribusono, Mas Bram,Pak Djatmiko dan Dr Rurit yang terus memberikan semangat kepada Mbak Upi. Jam 20.30 wib saya pamit karena harus menjemput anak saya les di Primagama Nginden. Saat itu saya berdoa dalam Hati, Tuhan berikan kekuatan kepada Dr Heri yang melakukan operasi bersama tim medis. Pakai mereka sebagai alatmu untuk menolong Mas Aan.

Hari jumat, 28 Oktober 2011 saya berangkat kerja pukul 07.00 wib. Saya menelpon pa Sribusono untuk mencari tahu bagaimana khabar terkini atas operasi Mas Aan. Dari seberang telpon saya mendengar khabar bahwa operasi selesai sekitar pukul 03.30 wib. Berarti hampir 12 jam tim medis melakukan operasi penyambungan jari Mas Aan. Tak terbayangkan betapa luar biasa energy tim medis dalam melakukan operasi itu. Saya kemudian bertanya kepada pak Sribusono,” jam berapa njenengan pulang dari RS pak ? Pak Sri menjawab, “ Jam 03.00 wib !” Hah….? Saya kaget mendengar jawaban Pak Sribusono. “Sendiri Pak?”, saya kembali memastikan. Ternyata dia bersama Mas Bram, ketua Persekutuan keluarga Muda kami. Saya kagum luar biasa pada kedua sahabat saya ini. Mereka adalah orang-orang kantoran yang pagi itu harus bekerja di kantor masing-masing. Tetapi mereka rela begadang di IRD Dr Soetomo yang sejujurnya, saya mengatakan tidak memiliki pemandangan yang enak karena banyaknya orang yang mendeita kesakita n, bahkan berada di ujung maut. Tetapi kedua sahabat saya itu setia menunggu dan menemani mbak Upi sampai operasi selesai. Mereka meninggalkan keluarganya dirumah masing-masing, dan memilih berada di IRD Dr Soetomo. Sebuah tempat yang membuat saya tidak betah berada disitu terlalu lama. Tapi mas Bram dan Pak Sribusono, “dipaksa betah” di sana demi seorang sahabat tercinta... Mas Aan !. Kekuatan KASIH membuat mereka berdua mau menunggu sampai operasi itu selesai menjelang fajar pagi hari. Edhan’e sadhuluran !!!

Malam ini saya baru bisa berjumpa dengan Mas Aan setelah dia di rawat di Graha Amerta Lantai III.Banyak sekali teman-teman sekerja yang menengok dan memberikan perhatian kepadanya. Saya berdoa bagi dia. Tuhan, ijinkan kami tetap boleh mendengar permainan piano dan guitarnya. Kami selalu rindu akan hal itu.Tuhan jangan cabut talenta itu daripadanya. Saya menangis haru…sejujurnya baru kali ini saya memimpin doa …dan menangis !

Mas Aan,

Malam ini sejujurnya mata saya sudah mengantuk. Tetapi mata hati saya memaksa saya untuk menulis cerita ini. Sebuah cerita tentang “Edhan’e Sadhuluran”. Saya ingat betul bagaimana Rasul Paulus mengingatkan kepada kita bahwa kita adalah satu tubuh dan Kristus adalah kepalanya. Kehilangan 4 jari, tentu merupakan sebuah beban yang tak ringan. Kami pun merasakan hal yang sama dengan mas Aan. Malam ini setelah saya berdoa, saya yakin tangan Tuhan yang akan berkarya. Kita tak pernah tahu bagaimana kelak yang akan terjadi setelah Mas Aan mengalami gangguan pada jari tangan kanannya. Kita tak pernah tahu apakah dia masih bisa memainkan harmonisasi music yang indah diatas tuts piano dan senar gitar ? Tetapi yang saya tahu pasti adalah banyak orang berdoa untuk pemulihan Mas Aan. Banyak orang yang tetap rindu pada pelayanannya. Oleh karena itu saya yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi Mas Aan. Cara Tuhan bukan cara kita, dan jalan Tuhan bukan jalan kita tetapi yang pasti, kebaikan Tuhan akan berlaku bagi kita, orang-orang yang hidupnya berkenan kepadaNya

Mas Aan,

cepatlah sembuh…Kami terus merindukan denting pianomu dalam ibadah minggu di Gereja. Percayalah, karya Tuhan akan berlaku bagimu. Gusti mberkahimu mas !!!

Surabaya, 28 Oktober 2011

Johanes Oka Purwanto

Dedicated for Mas Aan