Jumat, April 13, 2012
When I fall in love
Masih ingat rasanya ketika kita jatuh cinta ?
Kata Oma Titiek Puspa, jatuh cinta berjuta rasanya. Biar siang biar malam terbayang wajahnya…
Kata Gombloh lain lagi, Kalau cinta sudah melekat, tahi kucing rasa coklat…
Kalau menurut saya sendiri, jatuh cinta rasanya seperti permen nano-nano. Manis asem asin…ramai rasanya !!!
Mungkin kita tertawa bila mengenang bagaimana rasanya jatuh cinta. Apalagi cinta pertama. Sehari tak berjumpa, serasa setahun tak bertemu. Seminggu tak bertemu serasa 7 purnama tak jumpa. Mau makan,mandi,tidur…selalu ingat kamu ! Begitu luar biasanya “virus cinta” ini. Maka tak salah bila Doel Sumbang mengatakan,” Cinta adalah Anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara bila tak punya cinta”. Maka, jika anda pernah atau bahkan saat ini sedang jatuh cinta…maka berbahagialah. Karena anda terhindar dari kesengsaraan akibat tak merasakan anugerah cinta !
Darimana datangnya cinta ? Kata orang tua, dari mata turun kehati. Cinta diawali dari kekaguman yang muncul setelah pandangan mata yang terarah dan di balut dengan hati. Maksudnya disini adalah dari sebuah pandangan mata, kemudian otak kita mengirimkan pesan ke hati. Selanjutnya hati dan otak kita bekerja sama untuk membangkitkan hasrat untuk memiliki. Apakah benar begitu adanya ? Entahlah…saya juga tidak yakin. Tapi yang pasti begitulah saya ketika jatuh cinta pada pacar saya dulu yang sekarang sudah menjadi istri saya. Dari pandangan mata saya dalam sebuah kelas katakesasi Sidhi di gereja. Wajah dan mata indah bola ping-pongnya membuat mata saya berhenti berkedip sejenak. Apalagi ketika saat itu saya ditugaskan sebagai ketua kelas katakesasi sidhi dan dia sebagai sekretarisnya. Maka terjadilah “affair” antara Ketua dan sekreataris pada saaat itu. Kami berangkat dan pulang katakesasi bersama,. Terkadang sehabis katakesasi, kami pergi “kencan” yakni mampir untuk cari makan malam bersama. Dari situlah tumbuh benih-benih cinta yang pada akhirnya membawa saya dan dia kepada kehidupan berumah tangga.
Mungkin masing-masing orang memiliki proses jatuh cinta yang berbeda dengan saya. Ada seorang teman yang jatuh cinta pada pasangannya diawali dengan rasa iba dan kasihan. Karena biasa menunjukkan perhatian dan kasih saying, akhirnya cinta bersemi. Namun ada pula yang mengawali proses jatuh cinta karena sebuah proses bisnis. Diawali dengan sebuah kerjasama dagang, namun karena asset yang semakin besar akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Aset tetap terjaga, relationship menjadi lebih berkualitas dari seorang partner bisnis menjadi sepasang suami istri.
Apakah cinta selalu membawa kebahagiaan bagi kita ? Maybe Yes…Maybe No. Tergantung bagaimana kita merawat cinta itu. Dan mengarahkan komitment kita bersama agar cinta yang sudah bersemi terus mekar dan harum semerbak. Tidak ada cinta yang terus mekar dan bertumbuh tanpa ada upaya yang serius dari sebuah pasangan. Cinta hanya bisa bersemi ketika masing-masing pasangan mau berkomitmen untuk mengendalikan egoisme pribadinya masing-masing dan menaruhnya didalam sebuah komitmen kebersamaan atas nama cinta. Selama egoisme tak terkendalikan, maka dapat dipastikan bahwa cinta itu hanyalah milih salah seorang saja, bukan milik bersama.
Nah, itu cinta kita kepada manusia yang menjadi pasangan hidup kita. Bagaimanakah cinta kita kepada Tuhan? Apakah anda pernah merasa jatuh cinta kepada Tuhan? Kalau anda pernah merasakan jatuh cinta kepada Tuhan, apakah rasanya juga sama seperti tahi kucing rasa coklat ? Apakah berjuta rasanya serta siang malam terbayang-bayang selalu? Kalau pertanyaan ini susah untuk dijawab, mungkin pertanyaan ini akan kita permudah.Pernahkah anda “berkencan” dengan Tuhan ?
Kencan dengan Tuhan tentu memiliki berbagai macam tafsir. Bisa melalui doa,pujian,persekutuan, pelayanan dan sebagainya. Namun bagi saya, inti berkencan dengan Tuhan adalah sebuah situasi dimana kita memiliki keakraban spiritualitas denganTuhan. Soal wujudnyata nya, masing-masing orang bisa berbeda-beda. Ada yang bekencan dengan Tuhan melalui gitar dan pujian memuliakan Tuhan. Ada yang berkencan dengan Tuhan dengan berdoa. Dan masih banyak lagi cara berkencan dengan Tuhan. Sekali lagi masing-masing orang berbeda cara. Mana yang lebih baik diantara berbagai cara tersebut ? Apa keuntungan berkencan dengan Tuhan ? Saya hanya bisa menjawab, bahwa yang tahu jawabannya adalah orang yang hidupnya selalu nampak damai dan sukacita walau harga BBM sebentar lagi naik. Orang yang selalu bisa tersenyum walau memiliki banyak persoalan kehidupan dunia. ORang yang selalu bisa membagi berkat kepada sesama dan menjadi saluran berkat. Karena mereka bisa mendapatkan semua itu karena intimnya mereka dengan Tuhan dan berkualitasnya kencan mereka dengan Tuhan.
Teman-teman,
Bagi anda yang hanya pernah merasakan indahnya jatuh cinta kepada sesama manusia (terutama kepada pasangan kita). Namun belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta kepada Tuhan. Saya hanya bisa berkata, cobalah untuk memulai sebuah kencan dengan Tuhan. Rasanya benar-benar seperti permen nano-nano…manis,asem,asin, ramai rasanya. Kadang terasa manis ketika kita sedang menerima berkat Tuhan. Kadang terasa asem, bila doa kita tak terjawab. Kadang terasa asin bila jawaban Tuhan bukan seperti keinginan kita. Kalo sudah begitu situasinya mirip-mirip ketika kita jatuh cinta pada pasangan kita. Ada mesranya, jikalau pas menerima berkat Tuhan. Ada ngambeknya, bila Tuhan serasa tak mendengar doa kita. Ada marahnya bila apa yang diberikanNya tak sesuai dengan keinginan kita. Seru banget !
Yang pasti dan luar biasa adalah, apapun sikap kita kepada Tuhan. Cinta dan kasihNya kepada kita tetap dan abadi. Walau kita sering mendukakanNya, sering menduakanNya namun kasihNya tak pernah berkesudahan. CintaNya kepada kita bukan cinta biasa. Kalau sudah begitu, saya ingin sekali mengatakan kepada anda semua. Rugi besar bila anda tak pernah berkencan dan jatuh cinta kepada Tuhan. Jadi…selamat jatuh cinta kepadaNya
Namun, bila anda sudah mencoba dan merasakan indahnya jatuh cinta kepadaNya. Jangan Sungkan untuk share dengan saya… Supaya saya bisa mengatakan,”Aku makin cinta kepadaMu…Tuhan”
Surabaya, 21 Maret 2012
Inspired by pengirim renungan pagi “kencan dengan Tuhan”
Langganan:
Postingan (Atom)