Senin, Oktober 10, 2016

Sehati meski tak seragam


Bacaan : 1 KOR 1 : 10-17

Ditengah-tengah kehidupan sosial bermasyarakat, kita pasti mengenal adanya kegiatan ARISAN. Kegiatan ini utamanya dilakukan oleh para perempuan dengan tujuan menjalin keakraban. Berbagai aturan main disepakati, dengan tujuan utama menjalin kekerabatan dan sekaligus melakukan tata kelola keuangan bersama-sama. Tidak ada yang mempedulikan latar belakang agam, suku, dan tingkat sosial para peserta arisan. Semua berkumpul bersama untuk menjalin keakraban dan kekerabatan, serta saling menolong menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.

Tujuan tersebut hampir mirip dengan tujuan awal dibentuknya sebuah persekutuan. Semua orang yang memiliki keyakinan iman yang sama berkumpul, saling membangun iman dan mewujudkan kehidupan bersama sesuai dengan ajaran kehidupan yang diyakini bersama. Namun persoalannya dalam mewujudkan tujuan bersama itu tidaklah mudah. Berawal dari perbedaan pandangan, perbedaan sikap atas sebuah pergumulan, berakhir pada timbulnya perpecahan. Masing-masing pihak tidak lagi ingat bagaimana tujuan awal dibentuknya sebuah persekutuan yakni untuk saling berkumpul, membangun dan memiuliki kehidupan bersama sesuai dengan ajran yang diyakini benar. BErawal dari sebuah perbedaan pandangan, dan sikap atas sebuah persoalan dapat menjadikan persoalan yang besar dan berujung pada perpecahan.

Seharusnya kita mengingat ajaran Rasul Paulus untuk senantiasa hidup seia sekata, erat bersatu dan sehati sepikir. Manakala persekutuan kita dihadapakan pada sebuah persoalan yang berpotensi membawa persekutuan dalam jurang perpecahan, maka seharusnya kita mengutamakan kehendak Kristus dalam memutuskan sebuah persoalan. Masing-masing pihak harusnya berupaya menggumuli kehendak Kristus, bukan berupaya mengegoalkan pendapatnya masing-masing karena beerkeyakinan pendapatnya adalah yang terbaik. Ingat saja bahwa bukankan persekutuan ini dibangun dengan tujuan akhir untuk memuliakan Nama Tuhan ?

Dalam kehidupan bersama, selalu ada benih-benih konflik yang jika tidak dijaga akan berpotensi merusak. Semuanya harus dikendalikan dan ditata agar adanya perbedaan dipandang sebagai berkat Tuhan agar hidup tidak monoton. Bayangkan betapa monotonnya kehidupan jika kita hanya melihat setiap pribadi menggunakan baju yang sama, semua nya seragam. Bukankah lebih indah melihat pribadi-pribadi dengan aneka busana yang jika kita pandang akan membuat pandangan kita tidak monoton.

Kita semestinya satu hati dalam menggapai cita, walau kita mengenakan seragam yang berbeda. Apalagi jika persekutuan itu memiliki cita-cita yang baik. Keberadaan persekutuan harusnya kita syukuri dan kemudian kita jaga keutuhannya. Bukankah kita bahagia ika hidup dalam persekutuan yang indah, dimana anggpta-anggotanya seia sekata, sehati dan sepikir dalam memuliakan Tuhan