Bacaan : 1 KOR 1 : 10-17
Ditengah-tengah kehidupan sosial bermasyarakat, kita pasti
mengenal adanya kegiatan ARISAN. Kegiatan ini utamanya dilakukan oleh para
perempuan dengan tujuan menjalin keakraban. Berbagai aturan main disepakati,
dengan tujuan utama menjalin kekerabatan dan sekaligus melakukan tata kelola
keuangan bersama-sama. Tidak ada yang mempedulikan latar belakang agam, suku,
dan tingkat sosial para peserta arisan. Semua berkumpul bersama untuk menjalin
keakraban dan kekerabatan, serta saling menolong menyelesaikan
persoalan-persoalan kehidupan.
Tujuan tersebut hampir mirip dengan tujuan awal dibentuknya
sebuah persekutuan. Semua orang yang memiliki keyakinan iman yang sama
berkumpul, saling membangun iman dan mewujudkan kehidupan bersama sesuai dengan
ajaran kehidupan yang diyakini bersama. Namun persoalannya dalam mewujudkan
tujuan bersama itu tidaklah mudah. Berawal dari perbedaan pandangan, perbedaan
sikap atas sebuah pergumulan, berakhir pada timbulnya perpecahan. Masing-masing
pihak tidak lagi ingat bagaimana tujuan awal dibentuknya sebuah persekutuan
yakni untuk saling berkumpul, membangun dan memiuliki kehidupan bersama sesuai
dengan ajran yang diyakini benar. BErawal dari sebuah perbedaan pandangan, dan
sikap atas sebuah persoalan dapat menjadikan persoalan yang besar dan berujung
pada perpecahan.
Seharusnya kita mengingat ajaran Rasul Paulus untuk
senantiasa hidup seia sekata, erat bersatu dan sehati sepikir. Manakala
persekutuan kita dihadapakan pada sebuah persoalan yang berpotensi membawa
persekutuan dalam jurang perpecahan, maka seharusnya kita mengutamakan kehendak
Kristus dalam memutuskan sebuah persoalan. Masing-masing pihak harusnya
berupaya menggumuli kehendak Kristus, bukan berupaya mengegoalkan pendapatnya
masing-masing karena beerkeyakinan pendapatnya adalah yang terbaik. Ingat saja
bahwa bukankan persekutuan ini dibangun dengan tujuan akhir untuk memuliakan
Nama Tuhan ?
Dalam kehidupan bersama, selalu ada benih-benih konflik yang
jika tidak dijaga akan berpotensi merusak. Semuanya harus dikendalikan dan
ditata agar adanya perbedaan dipandang sebagai berkat Tuhan agar hidup tidak
monoton. Bayangkan betapa monotonnya kehidupan jika kita hanya melihat setiap
pribadi menggunakan baju yang sama, semua nya seragam. Bukankah lebih indah
melihat pribadi-pribadi dengan aneka busana yang jika kita pandang akan membuat
pandangan kita tidak monoton.
Kita semestinya satu hati dalam menggapai cita, walau kita
mengenakan seragam yang berbeda. Apalagi jika persekutuan itu memiliki
cita-cita yang baik. Keberadaan persekutuan harusnya kita syukuri dan kemudian
kita jaga keutuhannya. Bukankah kita bahagia ika hidup dalam persekutuan yang
indah, dimana anggpta-anggotanya seia sekata, sehati dan sepikir dalam
memuliakan Tuhan ?