Kamis, April 16, 2009

MANAJEMEN EMOSI


AYAT BACAAN : EFESUS 4 : 17-27


Laga Maut di Liga Inggris antara Chelsea vs Liverpool terlihat sangat menegangkan. Kondisi genting telihat ketika Chelsea tertinggal 0-2 di babak pertama. Saat itu Chelsea berada di ujung tanduk. Jika sekali lagi Liverpool mencetak gol, habislah peluang Chelsea. Situasi itu membuat pelatih Chelsea Guus Hiddink meradang. Saat turun minum, pelatih asal Belanda tersebut marah besar. Dia kecewa berat dengan penampilan anak asuhnya di sepanjang babak pertama."Jujur, saya sedikit marah di kamar ganti. "Melawan tim seperti Liverpool yang punya taktik bagus dan pemain berkelas, kami tidak boleh memberikan banyak ruang. Tapi, kami justru melakukannya. Kami terlalu sering bertahan," ucap pria yang merangkap sebagai pelatih timnas Rusia itu.Kemarahan Hiddink membawa hasil. Chelsea langsung mencetak dua gol balasan di awal babak kedua. Situasi berbalik. Giliran Liverpool yang tertekan. Ketika peluit panjang berbunyi, skor akhir adalah 4-4 dan Chelsea melenggang ke semifinal.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dikarunia oleh akal budi dan perasaan. Karena nya manusia dapat merasakan kesedihan,kegembiraan, dan juga kekecewaan. Ketika menemui sesuatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, biasanya manusia akan meningkat kadar emosinya, dan bila tak terkendali akan menjadi amarah yang besar. Amarah yang tak terkendali akan membawa seseorang pada situasi yang tak terkendali dan cenderung destruktif. Dan bila ini terjadi tentu merugikan pada dirinya dan orang-orang yang ada disekitarnya.

Dilain pihak, amarah yang terkendali ternyata justru membawa manusia pada kondisi konstruktif. Dengan kemarahan yang terukur dan disertai solusi praktif atas persoalan yang timbul, membuat situasi berubah menjadi lebih baik, dan justru mendatangkan berkat bagi sekitar. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mengatur emosi agar amarah itu tidak keluar dari kita secara berlarut-larut. Sungguh bijak apa yang dikatakan RASUL PAULUS kepada jemaat di efesus, " janganlah padam amarahmu sebelum matahari terbenam" Ini mengingatkan kita untuk dapat mengontrol emosi, dan mengendalikan serta membatasi amarah. Agar amarah yang timbul dari diri kita tidak menjadikan diri kita berdosa, melainkan dapat menjadi berkat bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar