AYAT BACAAN : YOHANES 8 : 1 - 12
Selama ini tembakau dianggap sebagai biang penyebab segala penyakit, sehingga dimusuhi para pegiat kesehatan. Padahal menurut dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Abdulbar Hamid, berdasarkan referensi ilmu kedokteran tembakau bisa meningkatkan kecerdasan. "Asal tidak diisep,"katanya. Jika diisap dalam bentuk rokok, menurut dokter lulusan Universitas Indonesia, itulah yang menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan jantung, pembuluh darah dan problem kesehatan lainnya. "Zat nikotin itu bagus buat kecerdasan dan menghambat dimentia, tapi kalau dikunyah bukan dibakar,"ujarnya.
Menilik artikel singkat diatas, apapun barangnya dan bagaimanapun kualitasnya, namun sesungguhnya terwujudnya kecerdasan sejatinya merupakan hasil akhir dari sebuah proses belajar dan mengajar yang sempurna. Faktor lain hanyalah sebagai penunjang keberhasilan. Menariknya, ada satu hal penting yang membedakan antara proses mengajar dan menghajar. Walaupun hanya beda 1 huruf saja dalam kata tersebut, namun perbedaan artinya sungguh bertolak belakang. Dengan kata lain Mengajar dan Menghajar adalah hal yang berbeda walau sepintas tulisannya...nyaris sama !!!
Apa yang menyebabkan Mengajar itu tidak sama dengan Menghajar ? Perbedaan nya adalah terletak pada cara/proses seseorang dalam melakukan kedua hal tersebut. Mengajar selalu berproses secara sejuk. Menghajar cenderung menyakitkan dan menakut-nakuti. Akibatnya kita akan menjadi sosok yang hanya pandai berbalas dendam karena terbiasa dihajar. Mengajar dilakukan dengan kalimat yang lembut namun tidak meninggalkan ketegasan dan kewibawaan. Sedangkan menghajar bisanya dilakukan dengan kekuatan fisik dan di dasari emosi
Tuhan Yesus adalah pengajar yang baik, walau bagi sebagian orang yang tidak peka seringkali cara Tuhan Yesus mengajar dianggap sebagai sebuah hajaran. Padahal ajaran Tuhan Yesus itu dilakukan dengan kelembutan dan mendatangkan kebaikan bagi kita. Namun seringkali kita hanya melihat bagaimana ketegasan dan kewibawaan Tuhan dalam melakukan pengajaran. Dan karena kita yang salah mencerna dan menilai, seringkali kita merasa bahwa kita sedang di hajar oleh Tuhan, bukannya diajar. Kalo sudah begitu, biasanya kita ngambek dan berbalik menghindar dari hadapan Tuhan
Manusia pun seharusnya memiliki tugas mengajar. Keberadaan hidupnya harus dipakai untuk mengajarkan kebaikan kepada orang orang yang dikasihinya. Pola pengajaran yang baik sudah diteladankan oleh Tuhan Yesus, yakni dengan proses yang lembut tanpa menghilangkan ketegasan dan kewibawaan. Tuhan Yesus memakai kalimat yang tegas tapi tidak berkesan menggurui. Dan satu hal yang pasti Tuhan Yesus memberikan teladan bagaimana berani mengatakan salah bila memang salah dan benar bila hal itu benar. Kelemahan kita adalah terkadang kita kurang berani mengatakan benar atau salah karena takut melukai hati lawan bicara kita. Proses mengajar yang baik harus kita biasakan dalam hidup kita. Keberanaian kita untuk melakukan proses mengajar itu sejatinya untuk kehidupan yang lebih baik bagi orang orang yang kita cintai. Kalau kita tidak berhasil mengajar dengan baik, bukan tidak mungkin suatu waktu kita akan dihajar oleh orang yang kita cintai. Selamat mengajar !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar