Selasa, Agustus 24, 2010

Etika Beribadah



AYAT Bacaan : Kejadian 12: 1-8


Apakah ibadah Kristen itu ? Dalam bahasa Inggris, istilah yang dipakai untuk "ibadah” adalah worship, yang berasal dari kata Inggris kuno weorthscipe. Weorth (=worthy) berarti "layak" dan scipe (=ship) menunjukkan atribut respek atau hormat kepada seseorang. Jadi, ibadah (worship) adalah suatu pemujaan; pernyataan hormat kepada Tuhan yang dianggap layak disembah. Untuk itu kekhidmatan dalam sebuah Ibadah mutlak diperlukan.


Dalam bahasa Ibrani (PL), dipakai kata shachah yang berarti "menundukkan diri." Dalam bahasa Yunani (PB) digunakan kata proskuneo yang berarti menyembah atau "mencium tangan kepada...." Jadi, ibadah adalah ungkapan penyembahan manusia di hadapan AllahNya. Namun dalam ibadah Kristen, komunikasi yang terjadi bukan hanya satu arah, melainkan dua arah. Martin Luther mendefinisikan ibadah sebagai saat dimana Allah berbicara kepada jemaat lewat FirmanNya (revelation) dan jemaat berbicara kepadaNya (merespons) dalam doa dan pujian. Jadi, dalam ibadah terjadi dialog (komunikasi) antara Allah dan jemaat.


Masing-masing saling berinteraksi. Tuhan lebih dahulu berinisiatif menyatakan diri, baru kemudian jemaat menanggapi.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa sejatinya Ibadah adalah wujud perjumpaan kita dengan Allah yang bertahta di tempat yang Maha Kudus. Setiap ibadah tentu memiliki etika dan kunci keberhasilan. Untuk itu setiap orang yang akan melakukan ibadah harus memahami karakter daripada ibadah itu sendiri.


Banyak orang memiliki konsep yang keliru tentang ibadah. Kita cenderung memandang ibadah seperti pertunjukan teater. Yang menjadi aktor adalah pendeta dan pelayan ibadah lainnya. Penontonnya adalah anggota jemaat yang hadir, sedangkan sutradaranya adalah Tuhan.Sedangkan para anggota majelis jemaat adalah crew dari pertunjukan. Konsep ini jelas sangat keliru karena memandang jemaat hanya sebagai penonton!


Setiap ibadah Kristen (apapun denominasinya) mestinya harus bersifat liturgis; artinya melibatkan setiap orang yang hadir didalamnya. Ibadah dimana jemaat hanya menjadi penonton yang pasif bukanlah ibadah yang sesungguhnya. Oleh karena semua anggota jemaat harus terlibat aktif, perlu ditentukan kapan giliran mereka berpartisipasi dalam ibadah dan bagaimana bentuk partisipasinya (apakah menyanyi, berdoa, memberi persembahan, dll)


Dalam Perjanjian Lama, di kisahkan Abraham adalah seorang umat Tuhan yang membiasakan diri beribadah dengan penuh ketekunan. Dalam perjalanan dari HARAN menuju tanah KANAAN pun, dia selalu mengisinya dengan ibadah kepada Tuhan yang diikuti oleh seluruh anggota keluarganya. Ketika dia sampai di BETEL, selain mendirikan kemah, Abraham pun mendirikan MEZBAH yang dia pakai untuk beribadah kepada Tuhan. Abraham melibatkan seluruh anggota keluarganya untuk ikut dalam ibadah. Dan dalam Ibadah yang dilakukan oleh Abraham dan seluruh anggota keluarganya, terjadi interaksi antara Tuhan, Abraham dan keluarganya. Inilah Ibadah yang sejati.



Bagaimana dengan kita, orang orang yang disebut sebagai keturunan Abraham. Kita secara rutin menggelar ibadah di setiap hari Minggu pagi, ditempat yang bernama Gereja. Didalam nya kita menciptakan suasana persekutuan dengan saudara seiman. Kita berdoa dan memuji nama Tuhan, serta menyembahNya. Kita juga mendengar serta menggumuli Firman Tuhan yang disampaikan melalui perantara hambaNya. Kepada kita juga diberikan kesempatan untuk berperanan aktif di dalam ibadah tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan persembahan, mempersembahkan talenta yang kita miliki melalui Puji-Pujian. Semua hal itu dapat kita lakukan ketika kita beribadah kepada Tuhan di gereja.


Dari sini pula kita dapat mengambil kesimpulan, sejatinya Hakekat Ibadah adalah kesempatan bagi kita untuk memberikan diri kita kepada Tuhan dalam sebuah perjumpaan rohani.


Tentu mewujudkan ibadah yang benar memerlukan banyak aspek pendukung. Kekhidmatan ibadah, liturgi yang baik, serta puji-pujian yang semarak merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan. Namun yang juga tak kalah penting adalah, masing-masing umat yang akan datang beribadah harus memiliki motivasi yang benar serta mempersiapkan diri dengan baik sebelum datang dalam ibadah. Dengan demikian ibadah itu sendiri akan menjadi berkat bagi dirinya serta kehadirannya dalam ibadah tersebut dapat membawa berkat bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar