Kamis, November 01, 2012

MANAGER IDAMAN


Siapa yang tidak bangga bila memiliki jabatan Manager ? Banyak orang yang berjuang,berambisi untuk memiliki jabatan manager ini. Walau untuk memilikinya di butuhkan perjuangan yang panjang dan berliku-liku.Bagi sebagian kalangan,  Jabatan manager adalah jabatan yang keren dan perlente. Karena dengan jabatan manager, seseorang akan  memiliki anak buah dan berhak melakukan aksi “komando” yang harus di patuhi dan dilakukan oleh para anak buahnya.
Menjadi seorang manager tentu diperlukan sebuah kualifikasi khusus. Yang menjadi syarat utama adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik, diharapkan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Oleh karena itu, berbagai tes assessment yang di pergunakan untuk menyeleksi para manager, menempatkan ketrampilan memimpin/leadership sebagai nilai terbesar yang harus diraih oleh para calon manager.
Tugas utama Manager adalah memimpin sebuah tim, membuat keputusan yang strategis dan melakukan penyelesaian atas sebuah permasalahan. Inilah tiga hal utama yang menjadi tugas utama seorang manager. Walau hanya tiga tugas utama, tapi ketiga hal ini bukanlah hal yang mudah. Oleh karenanya dalam sebuah perusahaan, seorang manager biasanya diberikan tunjangan khusus. Pendapatannya diatas rata-rata pendapatan pekerja lain. Mungkin ini yang dirasakan sebagaian orang sebagai  nikmatnya menjadi seorang manager.
Padahal sejujurnya, menurut saya menjadi manager itu tidak enak. Mengapa tidak enak ? Karena bagi saya menjadi manager itu adalah sebuah “jabatan tanggung” . Menjadi tanggung karena posisi nya ada di tengah-tengah. Dibawah General Manager dan Direktur, namun diatas para pelaksana dan supervisor. Nah karena posisi nya di tengah ini yang terkadang  terasa sangat  menyiksa dan menyebalkan. Kata pak Dahlan Iskan (Meneg BUMN) ibaratnya “kena petir dari langit, kena bara dari bawah”.  Setiap saat bisa kena makian para direktur, namun setiap saat juga  harus siap menghadapi bawahan yang mendemo kita. Dalam membuat keputusan juga demikian. Sedikit saja kita condong ke atas, maka harus siap untuk mendapat hujatan dari bawah. Sebaliknya, jika terlalu condong kebawah, siap siap saja untuk di semprot dan dimaki-maki oleh para atasan.
Kalau sudah begitu keadaannya, maka untuk menjadi seorang manager bukan hanya diperlukan kepandaian. Tetapi juga pribadi yang tegar,teguh dan berani mengambil sikap. Pribadi yang memiliki prinsip dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang dibuatnya. Tentu saja dengan kesiapan untuk menanggung segala resiko yang akan terjadi, di puji atau dipecat sekalipun. Dengan gambaran seperti itulah, bagi saya menjadi seorang manager tidak selamanya enak dan nyaman.  Namun terkadang juga terasa menyiksa.
Sadar atau tidak, menjadi anggota majelis jemaat sebenarnya adalah menjadi manager jemaat. Posisinya persis di tengah-tengah. Diantara Tuhan dan Jemaat. Sebagai manager jemaat (khususnya di GKJW)  kita juga dituntut cakap dalam merancang kebijakan-kebijakan yang menyangkut kehidupan berjemaat. Lalu menuangkan segala rancangan kebijakan itu didalam Program Kerja Tahunan (PKT) . Beberapa diantara anggota majelis jemaat itu juga harus mengadakan rapat rutin mingguan, yang kita sebut sebagai Rapat PHMJ (Pelayan Harian Majelis Jemaat). Didalam rapat itu dibahas berbagai macam hal. Ada pembahasan keuangan jemaat, pembahasan program kegiatan, sampai pada pembahasan tentang problematika kehidupan warga jemaat. Rapat itu begitu serunya, sampai-sampai tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Tak terasa pula bahwa malam semakin larut, bahkan hampir menjelang dinihari.
Lalu apakah semua keputusan yang diambil para manager jemaat itu selalu memuaskan ? Walaupun pembahasan sudah sampai larut malam, namun harus jujur diakui bahwa tidak semua keputusan yang terambil mampu memuaskan semua pihak. Kalo keputusan kita mementingkan aspek Theologis (BACA : cenderung keatas / Tuhan) biasanya aka nada kekecewaan di kalangan jemaat. Tapi kalo keputusan itu sedikit mengurangi aspek Theologis, biasanya  para manager itu sendiri yang ragu. Jangan-jangan nanti mengecewakan Yang Diatas / Tuhan. Kalo mengecewakan Tuhan, akh…takut akh.
Semua kenyataan itu terkadang membuat para manager jemaat merasa dilema. Sering merasa maju kena mundur kena. Celakanya yang paling sering dihadapi adalah sindiran dan kritik dari bawah  / jemaat terkait kinerja pelayanan. Padahal para manager itu sudah merasa melakukan yang terbaik dan mempertimbangkan segala  kepentingan. Beberapa orang mananger menghadapinya dengan menangis dan keluh kesah. Namun ada juga yang menghadapinya dengan santai dan sedikit cuek. Yang lebih lucu lagi ada yang menghadapinya dengan bebal dan mengatakan, “ Dulu, siapa suruh pilih saya ?”
Bagi saya, kesimpulannya adalah : menjadi manager jemaat maupun manager perusahaan adalah sama. Yakni sama sama dibutuhkan pribadi yang tegar,teguh dan berani mengambil sikap. Ketiga sikap pribadi itu akan makin sempurna bila dilengkapi sikap ke-4 yakni “Memiliki Ketulusan”. Siapa yang tidak bangga bila didalam sebuah kehidupan berjemaat, memiliki profil/pribadi manager yang Tegar,Teguh,Berani dan Tulus ? Yakni Manager  yang bersikap :
1.       Tegar ketika kehidupan berjemaat sedang dilanda keprihatinan. Figurnya berada di depan ketika jemaat sedang mengalami pergumuluan. Menunjukan ketegaran dan kerelaan berkorban bagi jemaat.
2.       Teguh dan tak kenal lelah didalam memperjuangkan cita-cita kehidupan berjemaat.  Selalu yakin dan optimis dalam melakukan segala kegiatan berjemaat.
3.        Berani berdiri di depan untuk  memimpin dan mengarahkan jemaat.  Termasuk berani mengambil resiko demi kebaikan jemaat. Walaupun resikonya adalah harus terbentur konflik dengan sesama pelayan yang belum se visi.
4.       Tulus melakukan segala sesuatunya tanpa mencari popularitas pribadi. Semua hanya demi kemuliaan Tuhan. Semua demi kemahsyuran Tuhan saja.
Semua sikap diatas sebenarnya meneladani kepemimpinan Kristus yang melayani.  Kristus begitu tegar ketika harus diperhadapkan pada pengkhianatan Yudas Iskariot. Tak pernah ada rasa amarah atas pengkhianatan itu. Kristus begitu teguh mengemban amanat Agung untuk menyelamatkan manusia. Walau untuk itu diperlukan pengorbanan yang luar biasa. Kristus begitu berani, ketika harus menghadapi penghakiman kayu salib atas kesalahan yang sebenarnya tidak Dia lakukan. Dan, Kristus begitu tulus menerima cambuk, hujatan bahkan teriakan yang mengolok-olok Dia sebagai “Raja orang yahudi” yang tidak pernah bisa menyelamatkan diriNya sendiri. Semua Dia lakukan karena posisiNya di tengah-tengah antara manusia dan Tuhan.
Bagi saya, itulah profile manager yang ideal. Dan bila sekarang kepada kita diberikan kesempatan untuk menjadi manager. Semoga kita juga di mampukan untuk menjadi seorang manager yang ideal. Yang memiliki ke empat gaya tersebut diatas.  Semua bukan demi pujian dan penghormatan atas apa yang telah kita lakukan. Namun semua karena kita ingin memuliakan Tuhan yang telah memberikan begitu banyak kemurahan didalam kehidupan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar