Bacaan : Ulangan 11:13-14
Kata batik berdasarkan etimologis (asal muasal kata) nya, merupakan gabungan dari dua kata bahasa Jawa, yakni ‘amba’ yang bermakna menulis, dan ‘titik’ yang bermakna titik..Dalam artian sederhana, yang dimaksud dengan kata batik atau mbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain...
Saya memang pecinta berat Batik. Dan sekarang ini saya ‘mupeng” (memiliki keinginan berat untuk memiliki-bahasa gaul anak muda) kain Batik Indigo. Sebuah kain batik yang biasa disebut sebagai kain batik warna alam. Batik yang satu ini cukup mahal harganya. Pewarna yang digunakan merupakan pewarna alam dari daun tanaman bernama Indigo. Warna dominannya adalah Biru. Sebuah warna favorite saya sejak dahulu.
Proses pembuatan Batik Indigo cukup panjang dan rumit. Berawal dari daun pohon indigo yang direbus hingga mendidih, kemudian didiamkanm selama satu malam.Kemudian air rebusan daun tersebut dicampurkan dengan kapur. Air dan kapur tersebut kemudian diuleni hingga rata, hingga terlihat seperti adonan yang agak encer. Setelah itu adonan indigo dimasukkan ke dalam wadah tertutup, dan diperam dalam tanah (dikubur) hingga 6 bulan. Setelah masa ‘karantina’ yang panjang itu, indigo dikeluarkan dan penampilannya sudah terlihat mengental, seperti pasta, siap untuk digunakan. Prosese panjang itu belum selesai. Oleh para pewarna batik, indigo masih membutuhkan perlakukan istimewa. Jika bahan pewarna lain bisa segera digunakan dalam air rebusan. Maka ketika menggunakan indigo, para perajin harus menggodog (merebus) indigo dengan gula jawa (gula merah, red) selama 1 malam. Proses ini dilakukan untuk menguatkan warna biru yang kelak akan dihasilkan oleh indigo. Karena itulah Batik Indigo memiliki harga yang cukup mahal. Bukan hanya karena teksture nya yang alami, namun pewarnaannya juga sangat elegance dan terlihat menawan dengan warna biru nya. Saat menulis catatan ini, saya merasa keinginan saya untuk memiliki batik yang satu ini semakin tak tertahankan.
Saat istirahat siang ini, saya merenung dan mengingat-ingat, Betapa panjang dan rumit proses membatik. Berawal dari sembuah kain putih, kemudian diberikan gambar dan aneka warna oleh sang pembatik. Ada warna hitam, ada warna putih, ada warna cerah dan ada warna gelap. Semua terkombinasikan begitu indah. Ketika proses memberikan gambar dan warna itu selesai. Masih ada proses yang tak kalah hebat. Yakni mencucinya dengan air panas. Agar warna itu terbenam dengan sempurna di atas kain.
Saya kembali merenung, kali ini tentang perjalananan kehidupan kita sebagai manusia. Terlahir kedunia ini tanpa bisa memilih menjadi kaya atau miskin. Bahkan tanpa bisa memilih sebagai pribadi yang menarik dengan kegagahan dan kecantikan atau sebagai pribadi yang memiliki kekurangan fisik. Kita hadir di dunia ini bagaikan” kain” besar (amba) yang bewarna putih. Lalu dengan proses yang panjang, oleh “Sang Pembatik” kain itu di berikan gambar dengan warna-warna yang sesuai dengan kehendaknya. Ada warna hitam yang kita ingat sebagai kegagalan. Ada warna cerah ketika kita merasakan keberhasilan, Ada warna biru ketika kita menikmati kelegaan. Ada begitu banyak warna dan gambar kehidupan yang tertulis di sejarah perjalanan kehidupan kita. Hal itupun belum tentu cukup, karena terkadang kita merasa sedang berada di sebuah tungku kehidupan yang panas. Yang direndam oleh panas nya api kehidupan dunia ini.
Apa yang bisa kita katakana tentang ini semua ? Apakah kita bsia memilih untuk menjadi sebuah kain putih besar tanpa makna ? atau menjadi kain batik yang penuh gambar dan warna, yang dihasilkan oleh sepasang tangan SANG PEMBATIK. Sebuah kain yang memiliki harga sangat mahal. Walau proses nya terasa panjang dan menyakitkan. Mari kita renungkan sejenak tentang pilihan ini. Semoga diantara kita tidak ada yang memilih hanya menjadi kain putih polos saja. Karena tentu jenis kain ini tidak memiliki harga sama sekali.
Mari menyerahkan diri kita kepada Sang Pembatik kehidupan. Pasrah dan manut (setia mengikuti) saja terhadap apa yang menjadi kehendak dan kreasiNya. Karena hanya di tangan Dia kita akan memiliki harga yang mahal.
Ya…semahal kain batik Indigo yang saya idam-idamkan. Gambarnya, Birunya, Kelembutan warnanya….Akh… Batik Indigo. Ijinkan aku memilikimu…
Catatan kecil untuk Rumah Batik-KOE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar